Sabtu, 17 Mei 2008

Keahlian Manajemen Baru

Bagi seorang manajer, barangkali kalau ditanya tentang fungsinya sebagai manajer akan menjawab secara otomastis adalah sebagai POAC. P adalah planning (perencanaan) yaitu fungsi yang berkaitan dengan penentuan satu atau serangkaian kegiatan yang akan dilakukan, kapan, oleh siapa dan berapa besar biayanya. O adalah organizing (pengorganisasian) yaitu suatu proses untuk mengelompokkan pekerjaan, menentukan jenis dan jumlah orang yang terlibat dan sumberdaya yang diperlukan untuk meralisaikan rencana yang sudah ditetapkan. A adalah actuating (pengarahan) adalah proses untuk membuat para bawahan atau anggota organisasi melakukan pekerjaan yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah ditapkan. Dan C adalah controlling (pengendalian) yaitu suatu proses untuk “memastikan” bahwa organisasi berjalan sesuai dengan yang sudah direncanakan.

Keempat fungsi manajemen tersebut merupakan ketrampilan/kecakapan yang harus dimiliki oleh seorang manajer. Fungsi dan ketrampilan tersebut adalah proses yang telah lama dipelajari dalam ilmu manajemen, meskipun dalam text book ada beberapa modifikasi fungsi manajemen tetapi secara substansi isinya tidak jauh berbeda dari keempat fungsi tersebut. Dalam perkembangan sekarang ketrampilan POAC saja dianggap tidak cukup bagi seorang manajer yang ingin berhasil. Ada keahlian baru yang perlu dikuasai oleh seorang manajer yang inginberhasil dimasa sekarang dan masa mendatang.

Perkembangan sekarang ini, perubahan lingkungan menuntut organisasi yang adaptif terhadap perubahan. Kebutuhan dan keinginan konsumen terus berubah menuntut organisasi bukan hanya menjadi customer oriented tetapi customer focus. Perubahan lingkungan yang cepat dalam segala hal juga menuntut organisasi menyesuaikan strukturnya agar lebih ramping dan pendek agar pengambilan keputusan lebih cepat dalam merespon berbagai perubahan. Demikian juga dengan karyawannya juga harus memiliki kompetensi yang baik agar mereka lebih produktif, efisien dan efektif dalam bekerja, memiliki nilai budaya yang selaras dengan budaya organisasi dan mampu menyesuaian diri dengan berbagai perubahan. Dalam situasi seperti ini, peran pemberdayaan (empowering) karyawan menjadi sangat penting karena hal itu merupakan kebutuhan mutlak yang harus dilakukan untuk mempertahankan eksistensi organisasi.Tanpa pemberdayaan karyawan, organisasi akan menghadapi masalah potensial yaitu akan mengalami kemandegan atau bahkan kemunduran di masa yang akan datang. Situasi di atas mendorong manajemen untuk merubah cara beripikirnya terhadap cara pandang terhadap organisasi. Jika selama ini manajemen memandang organisasi seperti bentuk piramida, sekarang perlu dirubah dengan cara yang berbeda yaitu memandang organisasi sebagai piramida terbalik. Dalam model piramida, peran manajer terutama sebagai pemimpin, pemberi instruksi, pengawas dll. Tetapi dalam model piramida terbalik, manajer menempatkan karyawan (bawahan/staf) sebagai ujung tombak yang punya peran sangat penting karena paling dekat dengan konsumen. Mereka adalah ujung tombak yang memberikan pelayanan langsung kepada konsumen sekaligus yang menangkap kebutuhan, keinginan dan keluhan konsumen yang selanjutnya diinformasikan kepada manajer untuk melakukan koordinasi tindakan dan merencanakan pengembangan organisasi di masa depan. Maka peran manajer adalah memberi dukungan yang diperlukan karyawan untuk melaksanakan tugas mereka, baik dalam bentuk penyediaan sumber daya, informasi, bimbingan dan sebagainya.

Aileen Mitchell Stewart, dalam bukunya Empowering People mengungkapkan perlunya kecakapan manajerial baru yang harus dimiliki oleh para manajer jaman sekarang.
Ada 6 kecakapan baru yang harus dimiliki pleh seorang manajer :
  1. Membuat mampu (enabling). Artinya seorang manajer harus memastikan bahwa setiap karyawan (bawahan/staf) mempunyai segala sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan tugas-tugasnya secara optimal. Sumber daya tersebut meliputi waktu, personil, uang, fasilitas dll. Membuat mampu ini juga berhubungan dengan upaya yang harus kita lakukan untuk melengkapi ketrampilan dan kemampuan yang diperlukan agar karyawan mampu dan percaya diri sehingga bisa melaksanakan tugasnya dengan efektif.
  2. Memperlancar (facilitating). Adalah kecakapan manajer untuk meniadakan segala halangan, rintangan dan penundaan yang menghalangi karyawan untuk melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Halangan bisa berupa kurang memadainya informasi, kecakapan, pengetahuan bahkan ada halangan peraturan atau prosedur yang menghambat pencapaian prestasi. Memperlancar berarti memahami apa yang perlu dilakukan oleh karyawan dan menyediakan jalan selapang mungkin, tentu saja hal ini tidak berarti mengabaikan perlunya sistem pengendalian organisasi.
  3. Konsultasi (consulting). Seorang manajer bukanlah superman yang serba bisa dan serba tahu. Untuk efektivitas pencapaian tujuan organisasi, manajer perlu melibatkan para karyawan dengan berbagai kemampuan dan cara pandang mereka untuk memberikan masukan dalam pembuatan kebijakan maupun penyusunan sistem. Sebaliknya karyawan juga harus terbuka dan secara aktif mengungkapkan masalah-masalah yang dihadapi di lapangan untuk dipecahkan bersama manajernya demi perbaikan kinerja individu, bagian maupun organisasi secara keseluruhan.
  4. Kerjasama (colaborating). Dalam kerjasama ini manajer perlu melihat bahwa karyawan (bawahan/staf) adalah mitra dalam tugas. Seorang bawahan diberi kesempatan untuk mengangkat permasalahan atau membahas gagasan yang dia miliki. Kecakapan ini mendorong manajer lebih berkonsentrasi pada masalah-masalah yang strategis dan menyerahlan persoalan-persoalan teknis dan kecil kepada bawahan. Dalam kerjasama, manajer perlu memberikan perspektif strategis terhadap tugas yang dilakukan karyawan sehingga mereka mengerti arti penting dan makna pekerjaannya dalam pencapaian tujuan organisasi. Sebaliknya bawahan juga perlu dilibatkan untuk mendiskusikan hal-hal yang strategis agar pelaksanaannya tidak mengalami hambatan teknis yang berarti.
  5. Membimbing (mentoring). Kecakapan membimbing ini dapat dilakukan dengan cara memberi contoh atau teladan dan melatih bawahan agar mereka memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang memadai untuk melaksanakan tugasnya. Melatih karyawan tidak harus dengan kursus atau pendidikan formal tetapi bisa dilakukan dengan cara mentransfer pengetahuan dan ketrampilan manajer kepada bawahan secara langsung.
  6. Mendukung (supporting). Dukungan manajer terhadap karyawan bukan hanya dalam bentuk penyediaan sumberdaya atau pembimbingan namun juga dukungan kepada bawahan ketika bawahan membuat kesalahan atau mengalami kegagalan akibat dari usahanya untuk mencapai tujuan organisasi. Hal ini penting agar mereka tidak putus asa namun tetap memiliki motivasi untuk bangkit, belajar dari kesalahan dan meningkatkan prestasinya di masa yang akan datang.

Dengan kecakapan manajemen baru tersebut bukan berarti kecakapan manajemen tradisional (POAC) menjadi tidak perlu, tetapi sebaliknya melengkapinya. Kecakapan baru tersebut pada dasarnya mengingatkan para manajer agar dalam melaksanakan fungsinya memberikan perhatian dan penekanan yang lebih terhadap pemberdayaan SDM di dalam organisasi, karena hal itu bukan hanya penting tetapi juga memiliki potensi yang sangat besar bagi kemajuan organisasi dalam jangka panjang.


*****

Tidak ada komentar: